• Sustainability = cara mendapatkan bahan herbal tanpa merusak alam/ekosistem dan adil bagi pengumpul/petani.

• Traceability = kemampuan melacak asal-usul bahan, batch, dan alurnya sampai jadi RTD. Ini penting supaya kalau ada masalah kualitas, kita cepat tahu dari mana sumbernya dan apa yang harus ditarik. Sistem pelacakan yang rapi terbukti bantu respons penarikan produk dan gangguan rantai pasok. FAOHome, www.gs1us.org

Kenapa RTD Herbal Perlu Keduanya?

1. Keamanan & mutu: tanaman obat punya variasi alami; praktik budidaya/pemetikan yang baik (GACP) menjaga kualitas dan konsistensi awal bahan. Organisasi Kesehatan Dunia

2. Kepercayaan konsumen: studi menunjukkan label/klaim berbasis bukti dan assurance meningkatkan trust pada produk dan sistem pangan. pmc.ncbi.nlm.nih.gov, ScienceDirect

3. Tanggap saat insiden: traceability membuat pelaku usaha bisa bergerak cepat saat ada isu (mis. recall), meminimalkan risiko dan limbah. 

4. Kepatuhan Halal: di Indonesia, Jaminan Produk Halal mencakup material, proses, penyimpanan, distribusi—artinya, jejak bahan & proses harus jelas end-to-end. cmsbl.halal.go.id, faolex.fao.org

Standar & Rujukan yang Relevan 

• GACP (Good Agricultural & Collection Practice) untuk bahan herbal: panduan WHO/EMA agar bahan tanaman obat punya mutu konsisten; termasuk pencatatan lokasi panen/budidaya dan penomoran batch sedini mungkin agar jejak asal tidak rancu. Organisasi Kesehatan Dunia, European Medicines Agency

• ISO 22005: prinsip & syarat dasar merancang sistem traceability bahan pangan/pakan; minimal “one step back, one step forward” (tahu pemasok langsung dan pelanggan langsung). ISO, PECB

• GS1 Traceability: “bahasa bersama” global—ID produk/lokasi yang standar agar data rantai pasok kompatibel lintas pihak. www.gs1.org

• FairWild / ISSC-MAP: standar koleksi liar berkelanjutan untuk bahan herbal yang dipanen dari alam (bukan budidaya), menuntut rencana pengelolaan populasi, aspek sosial-ekonomi, dan verifikasi. EcocertConvention on Biological Diversity, FairWild Foundation

• Halal (UU 33/2014 & BPJPH): Halal menilai bahan & proses hingga distribusi; label Halal dicantumkan setelah sertifikat terbit. Penegakan kewajiban pelabelan Halal meningkat sejak 2024. Halal, Reuters

“Toolkit” Praktis untuk Brand RTD 

Alur Sederhana (untuk maklon & brand)

1. Saring pemasok herbal: minta COA, bukti GACP (budidaya/koleksi) dan status FairWild bila bahan liar. 

2. Bangun nomor batch berantai: bahan → ekstrak → sirup → RTD final; pastikan label/batch tidak pernah putus. ISO 22005 menekankan koordinasi antar organisasi. 

3. Standarkan identifikasi: pakai GS1 (GTIN untuk produk, GLN untuk lokasi) + barcode/QR di dokumen & kemasan. 

4. Dokumen Halal: cek status bahan, simpan bukti perubahan, dan pasang label Halal hanya setelah sertifikat; patuhi pengetatan 2024. 

5. Uji & catat: pH, mikro, organoleptik, stabilitas; simpan batch record & COA untuk audit/penelusuran. (Praktik umum mutu & keamanan proses.) 

Dampak ke Kepercayaan Konsumen

Riset menunjukkan assurance dan label yang dapat dipercaya adalah pengungkit utama rasa aman konsumen terhadap makanan/minuman. Transparansi asal bahan, sertifikasi relevan (Halal, sustainability), dan kemampuan menjelaskan alur bahan ke botol membentuk brand trust yang tahan lama. 

Catatan Redaksi 

Bagi brand RTD, terutama yang maklon, kunci bukan sekadar “cerita alam”, tetapi berkas & kode yang rapi: dari GACP/FairWild, ISO/GS1 traceability, hingga PPH Halal. Dengan itu, pesan “herbal, aman, dan bertanggung jawab” tidak berhenti di klaim, melainkan terbukti di dokumen dan jejak digital. 

6288983868576

Tag :